Kado
Terindah
“Selamat pagi, happy december”
Sepatah
pesan singkat yang kuterima pagi hari ini, kulontarkan senyuman penuh arti
terhadap Eka, sahabatku yang mengirim pesan singkat di awal Desember yang
indah. Sejenak ku tatap pigora yang terpampang di tembok kamarku, betapa indahnya
persahabatan yang kujalani selama dua tahun ini. Aku termenung, mengingat
betapa cepatnya waktu berputar, mengingat akan umurku akan bertambah dalam
waktu sembilan hari ke depan, tiba-tiba jam dinding menunjukan pukul lima pagi,
aku bersiap siap untuk mandi dan bersekolah. Meskipun Aku dan Eka berbeda
sekolah tetapi persahabatanku tetap utuh. Ku raih ranselku dan bergegas menuju
sekolah untuk menuntut ilmu.
***
“Pulang sekolah ada waktu gak? Pengen
curhat nih” ku terima satu pesan dari Eka yang ada di ponselku. Setiap menit
kulihat jam tanganku menunggu jarum jam berputar sampai 13.05 yaitu waktuku
pulang sekolah. Ku habiskan jam kosong ini dengan rasa malas.
“Kriiinggg” tiba-tiba bel sekolah berbunyi nyaring
menandakan waktu berkemas dan pulang. Aku segera meraih tasku dan segera
meninggalkan sekolah. Aku menunggu Eka sambil menikmati jajanan yang tersedia
di depan sekolahku. Seseorang berjilbab yang mengendarai motornya memanggilku
sambil melambaikan tangannya. Tidak asing lagi, dia adalah Eka sahabatku.
“Hey , ini aku Eka, ayo kita pulang” Ajak Eka. Aku pun
segera menaiki motor Eka dan pergi meninggalkan sekolah.
“Ka, mau kemana ini?” tanyaku dengan rasa penasaran
“Sudahlah, ikut saja. Ada yang
ingin aku ceritakan kepadamu”
Motor
Eka berhenti tepat di depan cafe yang biasa kita kunjungi. Eka segera
memarkirkan motornya dan berjalan menuju meja makan. Seorang pelayan pria
menyodorkan daftar menu dan secarik kertas untuk mencatat pesanan. Setelah
kertas tersebut terisi dengan daftar makanan yang kupesan, ia segera pergi
meninggalkan kami berdua.
“Sebenarnya
apa yang ingin kamu ceritakan?” aku memulai percakapanku dengannya. Eka hanya
menampakkan wajah sedih, seperti ingin menangis.
“Aku..aku
merindukan ayah dan ibuku” Ucap Eka sambil terbata-bata dan menundukkan
kepalanya.
“Iya,
aku tau Ka, kamu rindu mereka. Sudah hampir satu tahun kamu tak bertemu mereka.
Tapi mau bagaimana?”
“Aku
ingin dekat dengan mereka, setiap hari dapat bercerita tentang keseharianku,
aku rindu perhatian mereka terhadapku. Ingin rasanya aku kembali ke Palembang
bersama orang tuaku”
Air
mata Eka sudah tak dapat dibendung lagi, sebutir air mata mengalir di pipinya
menandakan akan kerinduannya terhadap orang tua yang sangat ia kasihi. Meskipun
Eka adalah sosok gadis yang sangat tegar, kali ini ia tak dapat menyembunyikan
kerinduannya yang amat mendalam. Tak tinggal diam, aku segera menghapus air
matanya, menenangkan dan melontarkan senyuman semangat agar ia kuat menghadapi
kehidupan ini.
“Aku
pikir nenek kamu telah memberi cukup banyak perhatian untukmu”
“Iya
memang, seberapa perhatiannya nenek terhadapku aku tetap rindu akan perhatian
orang tuaku”
“Satu-satunya
cara meringankan bebanmu, hubungi mereka Ka, tanyakan keadaannya” jawabku
dengan lirih
“Permisi,
ini pesanannya” suara seorang pelayan datang sambil membawa nampan yang berisi
makanan. Eka segera menyeka air matanya dan menyembunyikan wajahnya yang
terlihat sembab. Aku segera melahap siomay yang kupesan.
“Mungkin
sebaiknya aku kembali ke Palembang bersama orang tuaku” Ucap Eka dengan wajah
serius.
Seketika
aku tersedak, segelas air putih segera ku minum.
“Apa ?
Kembali ke Palembang” Mataku terbelalak sambil berteriak sekencangnya.
“Iya,
aku ingin kembali ke Palembang bersama orang tuaku” Ucap Eka dengan berat.
“Jadi,
kamu mau ninggalin aku sendiri?”
“Hm,
aku gak tau pasti sih, yah mungkin. Aku belum tau mau pergi kapan. Masih berat
ninggalin Jombang”
Aku
hanya termenung mendengar ucapan Eka. Bagaimanapun juga aku tidak punya hak
untuk mencegah Eka pergi. Aku harus menghargai apapun keputusannya itu.
***
“Ahh, susah amat ini soal!” keluhku
dalam hati. Ku peras otakku untuk lima soal matematika yang menurutku hampir
mustahil dikerjakan. Tak menunggu lama, aku segera pergi meninggalkan rumah dan
berlari menuju sebelah rumah, yaitu rumah Eka untuk membantu mengerjakan
soal-soal ini.
“Tok
tok tok, Assalamualaikum” ucapku sambil mengetuk pintu rumah Eka.
“Oh iya
silahkan masuk dek, Eka ada di kamar” ucap nenek Eka sambil memersilahkanku
masuk. Terlihat Eka sedang belajar bersama Dewa adik keponakannya.
“Hai
Eka, hai Dewa. Boleh aku ikut kalian belajar kan” sapaku kepada mereka berdua.
“Oh iya
boleh kak, mau belajar apa?” Jawab Dewa.
“Matematika
dek, boleh pinjem kak Eka bentar kan? Penting nih”
Akhirnya
Dewa mengalah dan meninggalkan kamar Eka. Seperti biasanya Eka selalu
megajariku matematika, begitupun juga dengan Eka, ia selalu memintaku untuk
mengajarinya bahasa inggris saat ia sedang kesusahan.
Tiba-tiba
nenek Eka memasuki kamar Eka dan membawa dua bungkus nasi goreng dan berbagai
jajanan lezat untuk menemani belajarku. Tak lupa aku mengucapkan terimakasih
kepada Nenek Eka.
“Ehm,
sembilan hari lagi ada yang berulang tahun. Kamu mau kado apa?” goda Eka
sembari tersenyum kepadaku. Aku hanya tersenyum
melihat Eka sedang menggodaku. Setelah kami belajar, kami bercanda gurau
sampai larut malam.
***
Hari demi hari berlalu,
persahabatanku dengan Eka semakin rekat. Semakin teringat aku dengan pembicaraanku
dengan Eka beberapa hari yang lalu, saat ia mengatakan ia akan pergi
meninggalkanku dan kembali ke Palembang bersama dengan kedua orangtuanya.
Meskipun Eka belum pasti mengatakan kapan perginya itu aku tetap merasa sedih
mendengar ucapannya. Ketika aku menanyakan tentang kapan perginya, ia tidak
ingin membahasnya, malah mengalihkan pembicaraanku. Menghiburku akan hari ulang
tahunku yang semakin dekat.
Bel sekolah berbunyi lantang
membuyarkan lamunanku. Baru ku ingat aku
ada janji untuk melihat pertunjukan teater yang
diselenggarakan di plaza teater Jombang. Seperti biasanya aku menunggu Eka di
depan gerbang sambil menikmati jajanan yang tersedia di depan sekolahku. Saat
Eka sudah muncul di depan sekolah, aku segera pergi menuju Plaza Teater. Setelah
sampai disana ku siapkan tiket beserta camilan untuk menemani jalannya
pertunjukan teater. Kunikmati pertunjukan itu sampai berakhirnya adegan selama
hampir dua jam.
“Hm,
kemana lagi habis ini? Pumpung malam minggu” Ajak Eka sambil berjalan keluar
gedung teater.
“Nah berhubung
dari tadi siang belum makan, bagaimana kalau kita cari cafe untuk makan malam
sambil menikmati indahnya malam minggu” Jawabku sambil tertawa.
Tanpa
berpikir lebih lama lagi, kami langsung menaiki motor dan pergi menuju cafe
yang biasa kita kunjungi untuk membeli makan malam. Hampir sehari penuh aku dan
Eka menghabiskan waktu bersama hingga tak terasa hari sudah gelap. Jarum jam
sudah menunjukan pukul delapan malam. Saatnya Aku dan Eka pulang ke rumah.
***
“10 DESEMBER 2011”
Saatku terbangun dari tidur
nyenyakku, kulihat kalender yang terpajang di tembok kamarku. Hari ini adalah
Minggu tanggal 10 Desember 2011, hari yang kutunggu-tunggu selama ini yaitu
ulang tahunku yang ke-15. Suara Ayah dan Ibuku menyadarkanku, mereka mengucapkan
selamat ulang tahun kepadaku dan menggumamkan sejuta doa untukku. Senyuman
kebahagiaan muncul dari wajahku. Sesaat ku teringat, apa sahabatku tidak
mengucapkan ulang tahun kepadaku. Kulihat lagi layar ponselku terdapat 15 pesan
ucapan selamat ulang tahun dari teman-temanku tetapi tak satupun tertera nama
Eka dalam pesanku. Aku terkejut, bagaimana sahabatku lupa untuk mengucapkan
selamat ulang tahun kepadaku.
Ku ketuk pintu rumah Eka berkali
kali sambil mengucap salam. Saat itu nenek Eka keluar menghampiriku dan
menjawab salamku.
“Maaf
nak, Eka sudah tidak disini. Ia sudah pergi ke Palembang sejak jam lima pagi
tadi. Kepergian Eka memang mendadak karena tiket pesawat yang tersedia juga
mendadak”
Tanpa
berkata sepatah kata pun aku segera kembali ke rumah. Ku kirim beberapa pesan
untuk Eka tetapi tak satupun balasan darinya. Seketika tubuhku lemas dan aku
terjatuh, bagaimana mungkin seorang sahabatku lupa untuk berpamitan bahwa ia
akan pergi meninggalkanku dan kota ini.
Aku
termenung, tak tau lagi harus berbuat apalagi. Aku juga tidak dapat menyalahkan
Eka, karena bagaimanapun juga ia juga merindukan orang tuanya. Berjam jam aku
hanya duduk diam di teras depan rumah dan masih tak percaya sahabat yang selama
ini selalu bersamaku telah pergi.
Tiba-tiba suara teriakan seseorang
terdengar dari samping rumahku, aku terkejut mendengar suara itu. Aku lalu
berlari menghampiri seseorang tersebut.
“Selamat
ulang tahun!!!” suara Eka dan teman-temanku yang lain meramaikan suasana
rumahku yang sunyi. Aku terdiam seketika, bagaimana mungkin Eka bisa kembali
lagi setelah ucapan Nenek Eka yang mengatakan ia telah pergi ke Palembang.
“Selamat
ulang tahun ya, maaf jika aku telah berbohong kepadamu tentang kepergianku,
Nenek juga aku ajak kerjasama untuk membohongimu” Eka berkata sambil tertawa
terbahak-bahak. Tetapi aku tidak marah mendengarkan pengakuan Eka, justru malah
tersenyum lega melihat sahabatku kembali.
“Kamu
tahu, kehadiranmu adalah kado yang terbaik yang pernah aku punya” Jawabku
sambil tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar