Jumat, 18 Oktober 2013

Fix You-Coldplay dan terjemahnya



Terjemahan Lirik Fix You Coldplay 


When you try your best but you don't succeed
Saat kau berusaha sebaik-baiknya namun kau tak berhasil
When you get what you want but not what you need
Saat kau dapatkan yang kau inginkan namun tak kau butuhkan
When you feel so tired but you can't sleep
Saat kau merasa begitu lelah namun tak bisa terlelap
Stuck in reverse
Selalu terbayang masa lalu

And the tears come streaming down your face
Dan air mata mengalir di wajahmu
When you lose something you can't replace
Saat kau kehilangan sesuatu yang tak tergantikan
When you love someone but it goes to waste
Saat kau mencintai seseorang namun bertepuk sebelah tangan
Could it be worse?
Adakah yang lebih buruk dari itu?

CHORUS
Lights will guide you home
Cahaya 'kan mengantarmu pulang
And ignite your bones
Dan menyulut belulangmu
And I will try to
fix you
Dan aku kan berusaha membenahimu

And high up above or down below
When you're too in love to let it go
Saat kau terlalu cinta dan tak bisa melepaskannya
But if you never try you'll never know
Namun jika tak pernah mencoba kau takkan pernah tahu
Just what you're worth
Betapa berharga dirimu

CHORUS

Tears stream down your face
Air mata mengalir di wajahmu
when you lose something you cannot replace
Saat kau kehilangan sesuatu yang tak tergantikan
Tears stream down your face
Air mata mengalir di wajahmu
And
I
Dan aku

Tears stream down your face
Air mata mengalir di wajahmu
I promise you I will learn from my mistakes
Janjiku padamu aku kan belajar dari kesalahanku
Tears stream down your face
Air mata mengalir di wajahmu
And I
Dan aku


Cerpen: Lembaran Manis Sang Diary



Lembaran Manis Sang Diary

“Dear diary,
Radian, sampai kapan aku harus menahan rasa ini? Aku sudah lama memendam rasa ini. Aku ingin mendekatimu, ingin sekali. Tapi aku takut diary, aku takut kalau dia tak sebaik yang kukira, aku takut dia membenciku. Aku hanya seorang gadis cupu, berkacamata tebal, kutu buku, dan suka menyendiri. Tak mungkin lelaki seperti Radian bisa mencintaiku. Aku...”
Terdengar suara berisik membuyarkan konsentrasiku. Dengan segera aku menutup diaryku dan berdiri tegap. Seorang laki-laki tampan berdiri di depan pintu dan berkata “Ngapain dek kamu disini?”. Tubuhku melemas seketika, tak kusangka-sangka seorang lelaki yang selalu memenuhi halaman diaryku sedang berbicara denganku.
“Ehm..lagi.. lagi bersihin gudang kak, tadi aku telat masuk kelas” aku menjawab dengan ragu-ragu
“Ohh..pasti perintah dari Pak. Edi ya? Hmm, aku juga heran sama itu guru, suka banget lihat muridnya sengsara, yang suruh bersihin gudanglah, bersihin kamar mandilah. Hello? Kalau para muridnya yang bersih-bersih terus tukang kebun sekolah ini keenakan dong” gerutu Radian sambil tertawa lebar. Tetapi aku hanya tersenyum malu melihat lelaki yang kucintai berbicara seenaknya.
“Oh iya, itu yang kau bawa apa?” Radian menunjuk buku yang kutenteng ini. Dengan segera aku mengamankan diary yang kubawa.
“Ehm..bukan apa-apa kok, ini Cuma koleksi cerpen buatanku kak Radian” jawabku dengan singkat.
“Oh ya? Kamu kok tau namaku? Namamu siapa? Boleh aku lihat cerpen buatanmu itu? Kalau ada yang bagus kan bisa disumbangin ke majalah tahunan sekolah kita” jelas Radian
“Ehm.. ya tau kak, itu kan ada bet nama di seragam kakak” balasku sambil menunjuk bet seragam yang dikenakannya. “Ohh iya boleh kak, tapi besok aja ya kak aku bawa koleksiku yang lebih lengkap, Oh ya namaku Mitha kak”
“Iya deh adek Mitha” jawab radian sambil melontarkan senyuman kepadaku”
Senyuman itu bagai bumerang bagiku, menyerangku hingga aku tak berdaya. Tak henti-henti aku melirik  Radian yang sedang membersihkan gudang. Bagiku melihat senyumannya saja sudah membuat sejuk hatiku. Rasanya aku ingin berlama-lama di gudang ini meskipun ruangan ini kotor, sempit, dan bau, asalkan bersama Radian semua menjadi nyaman.
***
            Tak henti-hentinya aku tersenyum, dan tak lupa aku akan bercerita kepada teman sejatiku yaitu diary, meskipun diary ini benda mati, diary ini seakan berbicara padaku, dapat menenangkanku walaupun itu tidak nyata.
“Dear diary, aku senang sekali hari ini. Hari ini bagaikan hujan di kemarau panjang, tak dapat kupercaya Radian orang yang kusayang, ia berbicara kepadaku, ia ingin melihat cerpen karyaku. Ia tidak membenciku, ia malah perduli denganku diary. Akankah ada kesempatan buatku untuk menjadi yang teristimewa di hatinya? Aku menginginkannya diary. Aku sudah terlalu lama memendam perasaan ini”
Aku menutup diary kesayanganku, tak lupa aku akan membawa buku koleksi cerpenku seperti yang diinginkan oleh Radian. Aku beranjak dari meja belajarku, berbaring santai di atas ranjangku dan terlelap dalam mimpi yang indah
***
            “Baiklah, cukup sampai disini materi kita. Materi selanjutnya akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. Selamat siang semua” Pak. Edi guru yang hobi menyuruh muridnya menggantikan pekerjaan tukang kebun itu mengakhiri pertemuannya. Aku bernafas lega. Aku berjalan keluar menyusuri koridor sekolah yang tampak megah.
“Heii Mitha.. Mitha” suara seorang lelaki menghentikan langkahku, aku menoleh mencari sumber suara itu. Tak salah duga, itu adalah Radian.
“Mitha, gimana cerpennya? Sudah kamu bawa?” nafas Radian tersengal-sengal karena berlari menghampiriku.
“Oh iya kok kak, aku bawa” jawabku dengan singkat.
“Oh ya sudah, kalau gitu kita makan siang sambil lihat-lihat cerpenmu itu ya”. Tanpa sempat menjawab, Radian menarik tanganku dan membawaku menuju parkiran untuk mengambil kendaraannya. Aku hanya tercengang melihat sikap Radian yang begitu perduli kepadaku. Perlakuan Radian memberiku harapan yang cukup besar
“Ayo mitha, kita jalan” suara Radian membuyarkan lamunanku, dengan segera aku menaiki motor yang dibawanya dan menuju cafe yang dituju oleh Radian.
“Ohh, jadi ini koleksi cerpen kamu? Bagus-bagus kok, kata majas maupun kiasannya pas. Boleh aku pinjem kan” Ucap Radian sambil membolak-balik halaman buku yang kubawa
“Iya boleh kok kak” ucapku dengan lirih.
“Oh iya, kamu ada acara gak hari ini? Kalau gak, temenin aku ke toko buku, sama nyari barang-barang buat praktikum. Mau kan Mitha? Mau ya?”
“Aku nggak ada acara kok kak, iya aku temenin”. Rasanya aku ingin berteriak sekencang-kencangnya untuk meluapkan kebahagiaan yang kurasakan. Aku tak menyangka akan dekat dengan Radian secepat ini. Aku hanya melontarkan senyuman kepada Radian yang tengah membaca cerpenku.
***
            Seperti biasa, aku akan bercerita kepada sahabatku
“Dear diary, aku hari ini seneng banget. Radian yang kukira hanya mau melihat-lihat cerpen karyaku ternyata ia benar-benar suka, bahkan bukuku dibawanya. Aku sempat makan siang, ke toko buku, bahkan aku ikut membantu Radian ngerjain tugasnya, yah walaupun aku hanya sedikit membantu diary. Aku semakin percaya deh kalau aku bisa menempati ruang kosong di hatinya. Aku percaya aku bisa, dengan perhatiannya, dengan rasa perdulinya membuat harapan yang dulu pernah musnah menjadi merekah-rekah seperti hatiku saat ini yang lagi dilanda cinta”
***
            “Mitha, temenin aku lagi yuk? Kayak kemarin” ajak Radian sambil menenteng tas sekolah yang dibawanya. Aku hanya mengangguk dan memberi senyuman tanda persetujuan. Hari ini berbeda dengan hari kemarin, kemarin aku hanya membantu Radian mengerjakan tugasnya. Tetapi hari ini, ia mengajakku bersenang-senang. Radian mengajakku nonton bioskop, keliling kota, atau pergi ke taman hanya untuk melihat-lihat anak kecil bermain-main. Rasanya aku ingin cepat-cepat bertemu diaryku, ingin bercerita tentang hari ini.
Hari semakin larut, Radian mengantatku pulang sekitar jam 7 malam. Tak terasa aku melalui hari-hariku bersama Radian.
“Besok kan malam minggu, aku jemput kamu ya? Kita makan malam besok. Aku ada kejutan buat kamu” ajak Radian
Aku seakan tak percaya apa yang dikatakan Radian. Jikalau Radian menyatakan cinta kepadaku besok, waktu itu terlalu singkat. Tapi, aku tak mau memungkiri kenyataan, aku  selalu ingin bersamanya dan dekat dengannya.
“Hallo? Mitha? Kok ngelamun?” lagi-lagi Radian berusaha membuyarkan lamunanku
“Iya kak, aku bisa kok” aku pun menjawab dengan ragu-ragu.
Radian pun menaiki motornya dan meninggalkanku. Aku sempat ragu dengan apa yang dikatakan Radian. Apa maksud kata-kata “Aku ada kejutan buat kamu”. Mungkinkah apa yang ku inginkan selama ini akan menjadi nyata? Aku pun sekarang tak perduli betapa bodohnya penampilanku, yang terpenting aku dapat menjadi wanita yang istimewa di mata Radian.
***
            Malam minggu ini, aku mempersiapkan diri, berdandan secantik mungkin untuk hari yang ku duga akan spesial ini. Deru mesin motor Radian memanggilku, aku meraih tasku dan segera keluar menghampiri Radian yang telah siap menunggu di depan. Kami pun segera menuju Elegant Restourant untuk makan malam tahun ini.
“sebenarnya mau ngasih kejutan apa sih malam ini?” aku bertanya dengan polosnya.
“Penasaran ya? Nanti kamu pasti tahu kok Mitha” jawab Radian.
Perasaanku semakin tak karuan, penasaran dengan apa kejutan Radian, aku mulai yakin kalau Radian akan menyatakan cintanya kepadaku malam ini. Tiba-tiba ada seorang gadis berparas cantik, mengenakan balutan gaun yang mewah, hampir sempurna tidak ada yang cacat sedikitpun dari fisiknya. Anehnya, gadis itu mengampiri Radian.
“Oh iya Mitha, perkenalkan ini pacar aku, namanya Febrisa? Cantik kan?” Radian berdiri tegap sambil memperkenalkan pacarnya padaku.
Seketika hatiku bagai tersengat listrik bertegangan tinggi. Ternyata ini kejutan yang dibicarakan Radian, hanya untuk memperkenalkanku pada pacarnya yang cantik ini? Ternyata perkiraanku salah besar. Radian tak pernah tertarik kepada gadis sepertiku, aku hanya gadis  cupu, kutu buku, dan nggak cantik! Radian ternyata punya pacar!
“Namaku Febrisa, kamu pasti Mitha ya? Radian sering cerita lho soal kamu. Katanya kamu penulis cerpen yang hebat, kamu orangnya baik, nggak sombong, kalem lagi. Nggak salah kalau Radian menganggap kamu adik sendiri” Febrisa bercerita sambil melontarkan senyuman manis kepadaku yang sebenarnya senyuman itu malah menyayat hatiku.
“Iya benar, namaku Mitha” dengan berat hati aku menjawab dan berjabat tangan dengan Febrisa.
“Permisi, aku mau ke toilet” Aku segera pergi meninggalkan mereka, air mataku tumpah tak terbantahkan. Tak kuat aku menahan beban hati yang kurasakan. Aku memang salah terlalu banyak beharap kepada lelaki yang tak pernah mencintaiku, bahkan hanya menganggapku adik! Aku membuka diaryku, menumpahkan kepatah hatian yang kurasakan. Titik-titik air mataku membasahi tiap halaman diary yang kutulis. Aku tak dapat memaksa Radian mencintaiku, ia telah mendapat seseorang yang benar-benar tulus mencintainya.
“Aku ikhlas diary, aku ikhlas dia bersama yang lain, asalkan dia tetap tersenyum bahagia. Aku tau, cinta tak dapat dipaksakan. Aku akan mencoba merelakannya.”

Cerpen: Bayangan Masa Lalu



Bayangan Masa Lalu

            “Kisah ini hampir sama dengan kisahku tiga tahun lalu, awalnya aku bertemu seseorang cowok, lalu aku berkenalan dengan cowok itu akhirnya lama kelamaan hubunganku sama cowok itu semakin dekat semakin dekat dan akhirnya kita jadian dan jalani hubungan itu selama satu bulan...”. Ia meneguk secangkir teh yang selalu dibuatnya setiap pagi, ia mencoba mengingat ingat mimpi yang sebenarnya bukan hanya sekedar mimpi, tetapi sebuah pengelihatan yang dianugerahkan kepada Manda.
            “Terus, lanjutannya gimana Man?” Sheryn bertopang dagu sembari mencerna mimpi-mimpi atau pengelihatan yang dikatakan sahabatnya itu.
 “Aku kan udah bilang Sher, mimpi ini hampir sama kayak tiga tahun lalu, dulu aku jalin hubungan yang lamanya hampir satu tahun harus berakhir. Dia ninggalin aku gitu aja Sher, sama kayak mimpiku ini sher” Manda mencengkeram cangkir teh yang dibawanya itu sambil menahan air mata yang hampir tumpah dari matanya itu.
“Udah Man, belum tentu semua mimpimu itu benar, bisa aja salah. Kamu harus percaya itu Man, sampai kapan kamu kayak gini? Dihantui masa lalu kamu, bagaimana pun juga kamu harus bisa lupain cinta pertamamu itu Man. Aku yakin, cowok yang ada di mimpimu itu bisa mengobati luka masa lalumu Manda” Sheryn memeluk sahabatnya itu dengan erat, mengusap punggungnya, menenangkan fikirannya yang kalang kabut. Sementara Manda hanya mengangguk lemah.
***
            “Tiiiinnnn..tiiinnn” dentum klakson mobil membuat jantung Manda melompat-lompat. Tak sengaja mp3, dan buku-buku yang dibawanya jatuh berserakan. Seorang cowok yang berpostur tinggi keluar dari mobil dan meminta maaf kepada cewek yang hampir ditabraknya itu
“Maaf, maaf aku gak tau kalau ada orang nyebrang tadi, kamu gak apa apa kan?” . Manda tercekat melihat cowok yang sedang berdiri didepannya itu, ia memandangi wajah cowok itu. Ia baru ingat, cowok yang hampir menabraknya adalah cowok yang ada dalam mimpinya. Seketika wajah Manda pucat pasi, lututnya lemas, ia tak mampu mengucapkan sepatah kata apapun bahkan menjawab pertanyaan cowok itu. Tiba-tiba Manda berlari menjauhi cowok itu dan segera masuk menuju kampusnya.
konsentrasinya kabur. Ia teringat kejadian tadi pagi, dan cowok itu...Nyata!! persis seperti yang ada di mimpinya. “MAMPUSS..!!” Manda baru teringat, mp3 dan buku-bukunya jatuh di depan mobil cowok itu dan bodohnya ia malah berlari dan meninggalkan benda-benda berharganya.
“13.00” Manda melirik jam tangannya, ia ingin segera pulang dan menjernihkan pikirannya. Ia menunggu Sheryn yang sedang mengambil mobilnya di tempat parkiran.
“Heii..heeiii” Manda menoleh kanan-kiri mencari arah sumber suara yang didengarnya itu, terkejut saat mendapati cowok yang di mimpinya itu memanggil Manda. “Bbrrmmm...” mesin suara mobil sedan Sheryn memanggilnya untuk segera pulang, ia pun tak memerdulikan cowok itu dan segera masuk ke dalam mobil Sheryn.
***
            “Tok..tok, assalamu’alaikum”
Sheryn membuka pintu kost putri yang ditinggalinya, ia mendapati seorang cowok berdiri dengan gagahnya sembari membawa buku.
“Cari siapa ya?” tanya Sheryn dengan penasaran
“Manda ada?” jawab cowok itu dengan singkat
“Iya ada, silahkan duduk. Saya mau panggil Manda”
Manda terkejut ketika mendapati cowok yang hampir menabraknya itu menghampirinya. Rasa malu bercampur sedih menyatu dalam benaknya. Ia memberanikan diri untuk berkata-kata.
“Darimana kamu tau namaku? Darimana kamu tahu tempat aku tinggal?” tanya Manda dengan angkuhnya
“Gampanglah, tinggal tanya, kita kan satu kampus. Oh ya, namaku Yoppy”. Ia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Manda. “Oh iya, ini buku-buku dan mp3 kamu yang jatuh tadi pagi”
Manda hanya menundukkan kepala karena malu akan tingkahnya yang aneh. Yoppy pun mengajaknya berbicara agar percakapannya tak terlihat canggung. Sedikit demi sedikit keangkuhan Manda berubah menjadi senyum dan tawa yang dibuat oleh Yoppy. Sedikit demi sedikit rasa trauma akan masa lalu menghilang ketika bersama Yoppy.
“Eh.. dia itu siapa sih Man? Ceritain dong” tanya Sheryn dengan penuh antusias. Manda pun menceritakan semua kejadian tadi pagi yang dialaminya, dan menegaskan bahwa Yoppy yang baru dikenalnya tadi adalah cowok yang ada dalam mimpinya.
“Haa? Apaa?” mata Sheryn membelalak, terkejut akan cerita yang disampaikan sahabatnya itu
***
Keesokan harinya Yoppy menjemput Manda, menjalani hari-hari bersama Manda. Bahkan ketika pulang kuliah Yoppy tak segan-segan mengajak Manda makan siang, nonton, atau hanya sekedar ke taman untuk membaca buku atau menikmati pemandangan yang indah. Begitupun juga hari-hari selanjutnya, kedekatan mereka semakin terasa. Benih-benih cinta yang tumbuh di antara mereka kini tumbuh semakin berkembang. Sesaat Manda dihantui oleh masa lalu kelamnya, tapi ketika bersama Yoppy seakan ingatan itu hilang dari otak, dan luka hati yang dideritanya selama tiga tahun ini telah dibalut oleh rasa sayang Yoppy. Kehadiran cowok itu bagaikan narkoba yang dihisapnya, menjadi ketergantungan oleh rasa sayang yang selalu dihadirkannya.
“Manda, tommorrow there’s a singing competition in our university, would you go there with me? If you say yes, I’ll pick you up at 7” ajak yoppy sambil mengerdipkan matanya.
“Ya , of course” jawab Manda sambil tertawa melihat Yoppy menggodanya.
***
            Seseorang dengan sepasang sepatu indah dan gaun merah muncul dari balik pintu mobil yang dikendarai Yoppy. Ya, itu adalah Manda, dengan balutan gaun merah dan sepatu yang indah pula. Yoppy menggandeng Manda dan membawanya masuk ke kampus mereka. Disana terlihat gemerlap lampu-lampu, seseorang yang bernyanyi dengan lihainya, dan sekelompok pemain akustik untuk mengiringi nyanyian. Yoppy membawanya duduk di gazebo yang mengelilingi panggung tempat penyanyi berkompetisi. Mereka menikmati suasana romantis diiringi dengan nyanyian merdu dan alunan gitar akustik yang tenang.
“Untuk mengakhiri acara ini, siapa yang bersedia bernyanyi satu lagu untuk penutup acara?” MC acara tersebut menawarkan semua orang yang hadir disana. Yoppy begitu antusias menerima tawaran MC tersebut. Ia menaiki panggung dan mulai benyanyi.
I have died everyday waiting for you. Darlin' don't be afraid I have loved you for a Thousand years... I'll love you for a Thousand more ..
And all along I believed I would find you, Time has brought Your heart to me I have loved you for a Thousand years I'll love you for a Thousand more..”
Manda terkejut sekaligus bangga, ia tak menyangka Yoppy bernyanyi semerdu ini. Wajah Manda menjadi merah padam menahan malu sekaligus senang.
“Manda, I fell in love with you since we first met, I want you always with me all the time, love wholeheartedly. I’m with you everything’s gonna be fine. I love you” ucap Yoppy sembari memandang mata Manda lekat-lekat, berharap Manda akan mengatakan hal yang sama.
Seketika Manda tercengang ketika sejuta pasang mata memandangnya dan mengharap sebuah kata meluncur dari bibirnya. Ia hanya membisu tidak mengatakan apa-apa.
“So Manda, what’s the answer” sahut MC itu dengan menyodorkan mikrofon kepada Manda.
“I love you too” ucap Manda dengan lirih tapi menimbulkan makna yang sangat berharga bagi Yoppy bahkan semua orang yang ada disekitarnya. Malam ini adalah malam yang indah bagi Manda maupun Yoppy. “17.12.12” tanggal istimewa yaitu malam dimana Yoppy dan Manda resmi menjalin hubungan.
***
“15.01.13” tepat dua minggu setelah tahun baru atau bisa dikatakan hampir satu bulan mereka berpacaran. Seperti biasa, ada kalanya saat mereka melalui masalah, senang, sedih, dan cobaan yang silih berganti tak menyurutkan rasa cinta di antara mereka.
“Sher...sheryn, sheryn” Manda berteriak memanggil nama sheryn berkali-kali.
“Kenapa Man? Kenapa? Kamu mimpi buruk lagI” Sheryn memeluk tubuh Manda yang lemas dan mengusap air mata yang mengalir deras di mata Manda. Manda tidak mampu berkata apa-apa, ia hanya mengangguk.
“Aku aku..mimpi yo..yoppy ninggalin aku, entah kemana. Aku yakin sher, ini bukan sekedar mimpi. Ini akan menjadi kenyataan” keluh Manda sambil mengusap air matanya yang kian deras mengalir.
Sheryn berusaha menenangkan Manda, membujuknya pelan-pelan agar Manda dapat berpikir secara logis. Akan tetapi usaha Sheryn sia-sia, yang ia inginkan hanya kehadiran Yoppy. Manda  meraih handphonenya, mencari kontak, dan menelepon kekasihnya itu tetapi nomor yang digunakan Yoppy tidak aktif. Manda semakin khawatir mimpi itu menjadi nyata.
“Sher, tolong anterin aku ke rumah Yoppy” tanya Manda. Tanpa berpikir lagi Sheryn langsung meraih kunci mobilnya dan membawa Manda ke rumah Yoppy, tetapi yang didapat kosong, rumah Yoppy sepi layaknya rumah yang lama tidak terpakai. Air mata Manda tumpah seketika, ia mencoba mencari-cari informasi dari teman-teman dekat Yoppy, tetangga, bahkan keluarga yang Yoppy yang dikenalnya, tetapi mereka tidak tahu keberadaan Yoppy.
***
Hari demi hari, Manda mengurung diri di kamarnya. Menunggu akan kedatangan Yoppy, ia tak ingin masa lalunya terulang kembali. Terus menerus menangis, berbagai cara yang dilakukan Sheryn tetapi itu tak berdampak apapun, Manda tetap ingin menyendiri dan tak ingin diganggu oleh siapapun.
seminggu kemudian,  keadaan Manda pulih akan tetapi ia juga tak mampu menyembunyikan kesedihannya dari siapapun bahkan kepada dosennya. Manda masih tak menyangka dibalik senyuman indahnya, perhatian dan kasih sayangnya tersimpan sejuta dusta.  Dan peristiwa itu mengingatkannya pada peristiwa tiga tahun lalu. Mengingat itu Manda semakin lemah dan tak mampu menahan air matanya
“Manda, datang ya ke singing competition part II” ajak Widya sambil memberikan undangan kepada Manda. Ia memutuskan untuk menghadiri acara singing competition part II karena ia ingin melupakan peristiwa masa lalunya dan mencari hiburan.
Kali ini Manda hadir di acara itu ditemani sahabatnya, Sherlyn. Manda tidak terlalu antusias untuk menikmati acara ini, ia hanya duduk terdiam di gazebo sambil mengaduk aduk minumannya sampai acara hampir selesai. Seperti biasa MC akan menampilkan salah satu orang untuk bernyanyi di atas panggung, dan seperti biasanya tak usah menunggu, seseorang akan bernyanyi.
I have died everyday waiting for you. Darlin' don't be afraid I have loved you for a Thousand years... I'll love you for a Thousand more ..”
Mendengar lagu itu Manda tercengang dan menyerobot gerombolan penonton, ternyata benar, itu adalah Yoppy! Yoppy menyanyikan lagu itu, sekalli lagi! Manda tak dapat berkata apa-apa, hanya rasa benci sekaligus rindu bersarang di benaknya. Manda berlari menjauhi kerumunan dan menangis tersedu-sedu. Yoppy lalu turun dari panggung dan mengejar Manda, ia meraih pergelangan tangan Manda dan memeluknya. Ia membiarkan Manda menangis di bahunya.
“Kenapa yoppy? Kenapa? Kenapa kamu pergi tinggalin aku, tanpa kabar?” ucap Manda sambil tersedu sedu.
Dengan santai Yoppy menjawab “Because I love you, happy birthday 20th sweetheart”
Manda tercengang Yoppy mengatakan itu, Sheryn dan teman-teman lainnya berdatangan dan mengucapkan selamat ulang tahun kepada Manda. “Maaf ya Manda, ini semua rencanaku. Aku kan pengen buat kejutan. Lagian sih, percaya banget sama mimpi-mimpimu itu” Sheryn berkata sambil tertawa lebar ketika melihat sahabatnya itu menangis.
Manda pun memandang mata Yoppy lekat-lekat dan berkata “Love you too, don’t ever leave me again”
Yoppy turut bahagia melihat kekasihnnya dapat tersenyum kembali.

Cerpen: Bintang Harapanku



Bintang Harapanku

            Angin malam bertiup perlahan membuat rerumputan dan daun bergoyang dengan sendirinya. Malam yang sejuk ditemani dengan seseorang yang sangat berarti bagiku, bagi hidupku. Ku pandangi lautan angkasa yang terlihat dari bumi. Ku perhatikan setiap cahaya penghuni angkasa raya yang bersinar malam ini. Kunikmati setiap cahaya dan semilir angin yang menerpa wajahku.
“Mei, Meily.. aku akan berangkat esok lusa” Ariyan memandangi wajahku. Seketika wajahku yang bersinar menjadi buram bagai tertutup kabut. Tanpa sepatah kata pun terucap dari bibirku. Air mata mengalir perlahan menyusuri pipiku. Dengan segera Ariyan mengusap air mata yang semakin meluap.
“Jangan menangis Mei, percayalah. Aku pergi jauh demi cita-citaku, aku ingin bersekolah TNI dan tentu orang tuaku sangat menyetujui ini. Aku sudah memimpikannya sejak kecil. Aku percaya, kalau kamu telah menamatkan SMA, kamu tentu akan berusaha untuk mencapai cita-citamu Mei” Kata Ariyan.
“Aku tau Ar, tapi.. tapi kenapa harus Kalimantan? Dan aku harus menunggu empat tahun untuk kedatanganmu. Aku takut, kamu melupakanku ketika kamu disana” jawabku sambil terbata-bata.
“Percayalah aku Mei, sampai kapanpun aku tetap menjaga setiaku sampai aku kembali. Tujuanku hanyalah untuk mencapai apa yang kuidam-idamkan sejak dulu Mei”
Aku hanya mampu tercengang mendengar pengakuan Ariyan yang sungguh menyayat hati. Siap ataupun tidak aku harus menerima kenyataan bahwa Ariyan akan meninggalkanku sendiri. Otakku serasa membeku tak mampu lagi berfikir.
“Meily? Lihatlah langit itu” ujar Ariyan sambil menunjuk ke arah langit.
“Lihatlah dua bintang yang bersinar terang itu, melambangkan cinta kita yang kuat. Jika aku pergi, lihatlah kedua bintang itu. Jika salah satu bintang itu redup berarti cintaku juga telah redup”
“Aku percaya Ar, kedua bintang itu takkan pernah redup sampai kapanpun” Ucapku sambil memeluk erat  Ariyan. “Jujur, berat rasanya untuk melepasmu pergi Ar”
“Aku tau Mei, jika kamu tak sanggup menunggu kamu bisa meninggalkanku” Ucap Ariyan.
Aku hanya mampu menggeleng gelengkan kepala dan tak mampu berucap lagi. Aku akan selalu setia menunggumu sampai kapanpun Ar, kataku dalam hati.
            Aku pun meninggalkan halaman rumahku yang sunyi dan gelap. Ku lambaikan tangan kepada Ariyan yang hendak meninggalkan rumahku.
“Sampai ketemu di bandara Mei” Ariyan melontarkan senyuman manisnya yang selalu membuat hatiku tenang. Selepas kepergian Ariyan aku segera menemui Mama dan langsung memeluknya erat sambil meneteskan air mata.
“Ariyan akan pergi jauh ma” ucapku sembari mengatur nafas dan mengusap air mataku.
“Mau bagaimana lagi Mei, kamu juga harus merelakan ia pergi jauh. Bagaimanapun juga itu demi cita-cita. Kamu tak berhak mencegah ia untuk pergi. Karena Ariyan pergi dengan maksud dan tujuan yang baik”
“Sudahlah Mei, hapuslah air matamu. Semuanya akan baik-baik saja, percayalah”
Hatiku terasa tenang mendengar nasihat yang sangat berguna bagiku.

***

            Hari ini telah tiba, hari yang sebenarnya sangat ku benci. Karena hari inilah aku terakhir melihat Ariyan. Berbagai pikiran buruk melintas di pikiranku. Aku berusaha mengusir pikiran itu dari otakku. Aku segera meraih tasku dan mengandarai motor untuk berangkat menuju bandara.
Sesekali ekor mataku melirik jam tangan yang ku kenakan. Keberangkatan pesawat tinggal 15 menit, tapi tak kulihat Ariyan di sekitar bandara. Lima kali ku mencoba menghubungi Ariyan tapi tak satupun panggilan dijawabnya.
“Meily, maaf baru datang. Tadi macet” ucap Ariyan sambil menyeret koper besarnya.
Aku langsung memeluk erat tubuh Ariyan.
“Mei, aku harus pergi, keberangkatan 15 menit lagi” jawab Ariyan. Jemari Ariyan membelai lembut wajahku meyakinkan aku untuk merelakan kepergiannya yang tinggal menghitung detik.
“Tenang Mei, aku tak akan lupa akan selalu menghubungimu selagi sempat. Ingatlah kata-kataku sebelumnya. Pandangilah kedua bintang itu, aku berjanji kedua bintang itu kan selalu bersinar”
Aku melepas pelukanku dengan Ariyan dan menyaksikan dari jauh kepergian Ariyan.

            “Bagaimana Mei, satu tahun tanpa Ariyan?” tanya Zian teman sebangkuku
“Yah beginilah. Untungnya juga aku masih tetep hidup” jawabku asal-asalan.
“Yah kan mungkin aja, kamu bunuh diri trus jadi arwah gentayangan tuh ahahaha”
“Eh ini anak ngaco, udah tuh perhatiin pelajaran. Malah dijitakin Miss. Killer mampus” ucapku sambil meledek ke arah Zian. Zian hanya tersenyu menanggapi gurauanku.
“Nggak beminat untuk mencari pengganti Ariyan mei?”
“Awalnya juga aku berfikir begitu Za, mendekati seribu cowok yang bisa menggantikan Ariyan, tapi semua itu nggak berhasil. Hatiku tetap nggak bisa berpaling dari Ariyan” jelasku.
“Udah Mei, sabar. Nggak usah terlalu dipikirkan. Satu bulan lagu kita juga harus menghadapi Ujian Nasional. Aku yakin, Ariyan juga menginginkanmu untuk sukses” Jelas Zian. Aku hanya mengangguk tanda setuju kepada semua yang diungkapkan Zian.
“Nanti malam nggak ikut maen bareng temen-temen?” tanya Zian dengan ramah.
“Hm.. gimana ya Zan, lagi males keluar nih” jawabku dengan malas.
“Udahlah, nanti malam aku jemput samaa Yeni jam 7. Oke ?”
Aku cukup bersyukur selain Ariyan yang selalu menenangkan hatiku, sahabatku juga perduli dengan keadaanku. Aku selalu percaya apa yang dikatakan Ariyan, bahwa selain dirinya juga pasti ada orang yang membuatku selalu tersenyum. Terimakasih tuhan engkau menciptakan orang-orang di sekelilingku yang telah perduli kepadaku.
“Mei.. Hello? Kok ngelamun? Setuju nggak?”
“Oh.. Iya Zan, oke aku ikut kalian” jawabku sambil tersenyum.

            “Bagaimana Mei keadaanmu? Apa kamu baik baik saja disana? Aku disini baik-baik Mei” sapa Ariyan melalui ponselku.
“Aku baik-baik saja Ar, disni banyak sahabatku yang perduli denganku” jawabku.
“Bagaimana kedua bintang itu Mei, apakah bintang-bintang itu tetap bersinar terang?”
“Iya Ar, setiap hari ku pandangi kedua bintang itu dan sampai sekarang tetap terang seperti dulu”
“Tok..tok..tok Assalamualaikum” terdengar suara ketukan pintu dan salah dari balik pintu depan.
“Udah dulu ya Ar, Zian sama “Udah dulu ya Ar, Zian sama Yeni udah di depan rumah”
Aku pun memutuskan sambungan telefonku dengan Ariyan dan bergegas menghampiri mereka.

***
            47 bulan berlalu, masih dengan keadaan yang sama. Aku tetap menunggu Ariyan kembali, beban hatiku cukup berkurang karena Ariyan akan kembali dua minggu lagi. Tak henti-hentinya bibirku berucap beribu doa untuk keadaan Ariyan.
Suara ringtone pada ponselku berdering kencang hingga membuyarkan lamunanku. Kupandangi layar ponselku, tertera nama Ariyan memanggilku.
“Mei, apa kabar kamu? Kamu berhasil kuliah di Bandung?”
“Baik-baik Ar. Iya, aku sekarang kuliah di Bandung ambil jurusan sastra” jawabku lirih.
“Alhamdulilah Mei, aku ikut seneng. Mei, satu bulan ini maaf aku nggak bisa hubungi kamu. Satu bulan ini sibuk menamatkan sekolahku. setelah aku menamatkan sekolahku ini, aku akan pulang menemuimu” jawab Ariyan sambil terisak.
“Kamu janji Ar?”
Tiba-tiba sambungan telefon terputus dengan sendirinya. Berkali-kali ku hubungi nomor Ariyan tetapi nomor Ariyan tidak aktif. Rasa khawatir dan cemas berkeliaran mengganggu pikiranku. Aku berusaha menghilangkan pikiran itu dan menenangkan diriku.
“Tok tok tok...” suara ketukan pintu sempat mengagetkanku. Aku segera membuka pintu depanku dan melihat siapa yang berkunjung ke rumahku malam ini.
“Hai Meily, nggak ganggu kan? Aku mau minta foto-foto kemarin buat tugas” Yeni adalah teman seperjuanganku, satu-satunya teman SMA yang sekarang juga kuliah di Bandung jurusan sastra.
“Iya Yen, yuk masuk. Ini datanya udah ada di laptopku” jawabku sembari mengantar Yeni masuk rumahku.
“Hey, kenapa sedih? Bukannya kamu seneng? Sebentar lagi kan Ariyan pulang?” tanya Yeni.
“Iya tapi, satu bulan ini dia nggak bisa hubungi aku sama sekali. Dia harus fokus untuk menamatkan sekolahnya Yen. Aku jadi khawatir dia nggak akan pulang”
“Udah Mei, aku yakin kok Ariyan pasti inget sama kamu. Dia hanya perlu fokus sekolahnya. Setelah itu dia pasti pulang untuk menemuimu. Udah jangan sedih Mei, kamu kuat kok” Yeni berkali-kali menepuk pundakku dan selalu meyakinkanku untuk tetap sabar dan tegar.
“Makasih ya Yen” jawabku sambil tersenyum senang.
“Iya sama-sama. Ohh, aku lupa flashdisknya ketinggalan di motorku”
“Sini kuncinya biar aku ambil” ucapku sambil meraih kunci motor dari tangan Yeni.
Aku melangkah perlahan menuju motor dan mengambil flashdisk Yeni. Tak sengaja aku melihat arah langit yang gelap, kucari-cari kedua bintang yang biasa hadir menemani gelapnya malam.
“Kedua bintang itu? Mengapa satu bintang itu terlihat redup” seketika lututku lemas tak sanggup menopang tubuhku. Aku terjatuh dan air mataku mengalir deras. Sekali lagi kupandang langit, bintang itu tetap redup. Bintang harapanku telah redup. Ketika itu Yeni menghampiriku, memelukku dan berusaha untuk menenangkanku.

***
            Hari demi hari berlalu tanpa kabar darimu, sementara empat tahun hampir berlalu dan hanya tinggal menghitung hari. Seketika harapanku akan dirimu musnah, tetapi kata-kata dan kenanganmu yang indah selalu meyakinkanku untuk selalu mempercayaimu. Di sisi lain, bintang yang setiap malam ku pandangi selalu redup. Mungkinkah cintamu telah redup? Tanyaku dalam hati. Mungkin aku terlalu bodoh untuk menunggumu selama ini, aku telah percaya semua omong kosong yang kau berikan selama ini. Aku mencoba untuk membencimu bahkan melupakanmu. Tapi bayanganmu selalu mengganggu fikiran dan hatiku. Mungkin percuma berhari-hari aku memandangi ponselku, dia tak akan menghubungiku. Dengan perasaan yang tak terkendali aku segera  mematikan ponselku dan tak akan membukanya sampai Ariyan datang menemuiku.

            Hari ini, hari yang kutunggu-tunggu tepat empat tahun lamanya aku menunggu kehadiranmu. Sampai sekarang pun kehadiranmu tetap kunanti-nanti. Pagi ini aku menunggu kehadiranmu di depan rumahku. Kupandangi setiap lelaki yang melewati halaman rumahku tapi tak kutemukan Ariyan. Terik matahari mulai menyengat kulit. Berjam-jam lamanya aku menunggu kehadiran Ariyan. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki berasal dari samping rumahku. Aku menghampiri sumber suara kaki itu.
“Yeni ?”
“Iya Mei, ini aku. Kenapa?” Jawab Yeni.
“Hm.. hari ini harusnya Ariyan pulang Yen, tetapi dia tak datang-datang” keluhku sambil menundukkan kepalaku.
“Mungkin dia sedang perjalanan Mei. Aku temenin diluar ya?”
“Makasih Yen, kamu pengertian banget”

“Mei, udah malam ini kamu nggak mau masuk dulu?” jawab Yeni sambil memaksaku masuk.
“Nggak Yen, aku tetep disini. Kamu masuk duluan aja”
“Ya sudah, aku mau buat makanan dulu nanti aku balik ke sini Mei”
Yeni pun meninggalkanku sendiri. Aku tertunduk lemas menunggu Ariyan yang tak kunjung datang. Tuhan, tolong dengar aku. Aku rindu dengannya, ingin bertemu dan memeluknya. Aku terus berdoa.
“Mei.. Meily?” suara seorang lelaku menyapaku. Aku tercengang mendengar suara itu. Suara itu mirip Ariyan. Aku mendongakkan kepalaku dan ternyata benar itu adalah Ariyan!!. Ia sedang memegang mawar putih sambil tersenyum kepadaku. Aku segera berlari ke arah Ariyan dan memeluk erat tubuhnya.
“Aku kira kamu tidak datang Ar, aku merindukanmu” air mataku tak tertahan lagi.
“Aku sudah janji kepadamu Mei, setelah aku selesai sekolah aku akan menemuimu” jawab Ariyan sembari membelai lembut wajahku.
“Aku juga rindu padamu Mei” aku melepas rinduku dengan Ariyan dengan menceritakan betapa kerinduanku terhadap Ariyan dan kehidupan yang kujalani selama ini. Canda tawa melarutkan kesedihanku. Seakan-akan akulah orang yang paling bahagia di bumi ini.
“Mei.. MEILYY MEILY !!!” teriak Yeni dari dalam rumah. Aku pun meninggalkan Ariyan dan menemui Yeni yang sedang berteriak-teriak di dalam rumah.
“Ada apa Yen, kok teriak-teriak?”
“Ariyan Mei... Ariyan?” jawab Yeni sambil menampakkan wajah sedih. Aku hanya termenung mendengar ucapan Yeni.
“Saat Ariyan dalam perjalanan, ia mengalami kecelakaan pesawat”
Seketika mataku membelalak, bingung dengan apa yang dikatakan Yeni.
“Dan Ariyan.. Ariyan, meninggal dunia”
Tubuhku terasa beku tak kuat mendengar berita itu. Jika Ariyan mengalami kecelakaan pesawat, lantas siapa yang mendatangiku tadi. Sebuah tanda tanya besar menancap di otakku. Aku segera berlari menuju halaman rumahku. Ekor mataku bergerak mencari-cari sosok Ariyan yang tadi bersamaku tapi tak kutemukan. Hanya sekuntum mawar putih milik Ariyan yang tertinggal di depan rumahku. Air mataku jatuh tak tertahankan lagi, aku tak bisa berkata-kata. Kupandangi langit malam ini.
“Hanya satu bintang yang menerangi langit? Dimana satu bintang itu? Mungkin bintang Ariyan telah hilang. Tidak memunculkan dirinya untuk selama lamanya”